Pengantar
Belajar kooperatif
merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif memberikan kesempatan pada siswa
untuk saling berinteraksi. Siswa yang saling menjelaskan pengertian suatu
konsep pada temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar yang sangat
efektif yang bisa memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal daripada
kalau dia mendengarkan penjelasan guru.
Pembelajaran
kooperatif juga bisa dipakai sebagai sarana untuk menanamkan sikap inklusif,
yaitu sikap yang terbuka terhadap berbagai perbedaan yang ada pada diri sesama
siswa di sekolah. Pengalaman bekerja sama dengan teman yang memiliki perbedaan
dari segi agama, suku, prestasi, jenis kelamin, dan lain-lain diharapkan bisa
membuat siswa menghargai perbedaan tersebut.
Selain itu
pembelajaran kooperatif juga memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan
beberapa kecakapan hidup yang disebut sebagai kecakapan berkomunikasi dan kecakapan
bekerja sama. Kecakapan ini memiliki peranan penting dalam kehidupan nyata.
Sayangnya, dalam
pembelajaran sehari-hari pembelajaran kooperatif sering dipahami hanya sebagai
duduk bersama dalam kelompok. Siswa duduk berkelompok tapi tidak saling berinteraksi
untuk saling membelajarkan. Siswa dalam duduk berkelompok bekerja
sendiri-sendiri.
Penerapan
pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau memperhatikan
dua prinsip inti berikut. Yang pertama adalah adanya saling ketergantungan yang
positif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota yang
lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya: menyelesaikan tugas dari guru.
Prinsip yang kedua adalah adanya tanggung jawab pribadi (individual
accountability). Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi
aktif dalam bekerja sama. Kalau ada anggota kelompok yang tidak berkontribusi
maka tujuan kelompok tidak akan tercapai. Karena itu penting bagi kita
mempelajari beberapa bentuk pembelajaran kooperatif dan penerapannya yang
sebenarnya supaya kesalahpahaman tentang belajar kelompok/kooperatif dalam
pembelajaran dapat dihindari.
Beberapa jenis
pembelajaran kelompok/kooperatif
1. Jigsaw
Langkah-langkah:
a.
Siswa dibagi dalam kelompok–kelompok. Tiap kelompok
beranggotakan 4 s/d 5 orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan
beragam latar belakang, misalnya dari segi prestasi, jenis kelamin, suku,
agama, status sosial dll. Kelompok ini disebut kelompok asal
b.
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. Misalnya, untuk
topik sistem pencernaan, ada subtopik tentang mulut; lambung; usus halus; usus
besar, poros, dan dubur dibagitugaskan pada tiap anggota dalam kelompok.
c.
Setiap siswa yang mendapat subtopik mulut berkumpul bersama membentuk
tim ahli mulut. Siswa lain yang mendapat subtopik lambung juga berkumpul
bersama membentuk tim ahli lambung. Begitu seterusnya. Tim ahli membahas
subtopik masing-masing dan menjadi ahli dalam topik itu.
d.
Setelah selesai berdiskusi dalam tim ahli, tiap anggota kembali ke
kelompok asal masing-masing. Kemudian secara bergantian, tiap siswa yang telah
menjadi ahli mengajar teman satu tim mereka tentang subtopik yang mereka
kuasai.
e.
Kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, atau membuat
rangkuman tentang, misalnya sistem pencernaan pada manusia. Guru bisa juga
memberikan tes pada kelompok. Tapi pada saat mengerjakan tes siswa tidak boleh
bekerja sama.
Bagan pengelolaan siswa dalam pembelajaran kooperatif model Jigsaw.
I :
kelompok asal
II : kelompok ahli
III : sama dengan kelompok asal ( setelah selesai diskusi)
2. STAD (Student
Teams Achievement Divisions)
Langkah-langkah:
a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Tiap kelompok beranggotakan 4 s/d 5 orang. Sebaiknya kelompok terdiri atas siswa dengan
beragam latar belakang, misalnya dari segi prestasi, jenis kelamin, suku,
agama, dll
b. Guru membahas topik pembelajaran, misalnya: sistem pencernaan manusia.
c.
Guru Guru memberi tugas kepada kelompok untuk
mengerjakan latihan / membahas suatu topik lanjutan bersama-sama. Di sini anggota kelompok saling bekerja
sama.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan/tes kepada
seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling
membantu.
e.
Hasil tes diskor. Skor tiap siswa ditentukan
berdasarkan skor/perbaikan tiap anggota kelompoknya.
3. Menulis Cerita Kelompok
a.
Setiap anggota kelompok memilih sebuah topik yang menarik untuk membuat
cerita secara berkelompok, misalnya gempa bumi atau banjir di suatu daerah,
bermain di sungai, pengalaman pertama berkemah, semua menteri pemerintah
dikejutkan oleh penyakit serius yang misterius, dan lain-lain.
b.
Setiap anggota kelompok menulis judul cerita yang mereka pilih serta
tiga kalimat pertama untuk mengawali cerita.
c.
Anggota kelompok memutar cerita mereka ke arah kiri mereka. Setiap
anggota yang menerimanya harus melanjutkan cerita. Setiap anggota memiliki
waktu dua menit untuk membaca dan menulis. Kertas diputar hingga beberapa kali
putaran dan pada akhirnya setiap anggota mendapatkan kembali kertasnya.
d.
Jika sudah selesai, kelompok berbagi cerita dan memilih salah satu
cerita untuk dibacakan di kelompok. Kemudian, anggota-anggota kelompok
menyunting cerita tersebut untuk meningkatkan kualitas cerita.
e.
f. Alternatif lain: tiap anggota kemudian mengembangkan kalimat-kalimat
yang sudah ada menjadi cerita yang runtut.
4. Menemukan yang
Salah
Setiap siswa
menuliskan tiga pernyataan yang terdiri atas dua pernyataan benar dan satu
pernyataan salah. Di dalam kelompok seorang siswa membacakan pernyataannya
dengan suara keras. Kelompok kemudian berdiskusi untuk menemukan pernyataan
yang salah. Setelah itu siswa lain membacakan pernyataannya dan didiskusikan.
Demikian seterusnya sampai semua siswa dalam kelompok mendapat giliran
membacakan pernyataan yang telah ditulisnya.
Langkah-langkah:
a.
Semua siswa menulis tiga pernyataan: 2 pernyataan benar dan 1 pernyataan
salah
b.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
c.
Satu orang siswa membaca pernyataan
d.
Kelompok mendiskusikan pernyataan mana yang salah dan membetulkannya
e.
Satu orang siswa membaca pernyataan lagi
f. Kelompok mendiskusikan pernyataan mana
yang salah dan membetulkannya, dstnya.
5. Di Dalam dan di Luar Lingkaran
Semua siswa
berdiri membentuk dua lingkaran. Lingkaran yang kedua mengelilingi lingkaran
yang pertama. Kedua lingkaran harus memiliki jumlah siswa yang sama sehingga
siswa bisa saling berhadapan. Guru mengumumkan atau memberikan sebuah topik
atau pertanyaan, dan siswa membahasnya dengan pasangan yang berada di depannya.
Kemudian kedua lingkaran berotasi sehingga siswa terpasangkan dengan siswa lain
untuk membahas topik atau pertanyaan berikutnya yang diberikan guru.
Langkah-langkah:
a.
Siswa membentuk lingkaran
b.
Siswa membahas topik / pertanyaan dari guru dengan pasangannya
c.
Guru memberi aba-aba pada siswa untuk berotasi
d.
Jika memungkinkan, kegiatan akan lebih lancar kalau dilaksanakan di luar
kelas
e. Posisi yang dirotasi sebaiknya diragamkan, dan pergerakan rotasi
kadang-kadang dibalikkan arahnya
6.
Berpikir-Berpasangan-Berbagi dengan Kelas / B3K (Think-Pair-Share)
Pembelajaran
kooperatif model B3K ini sangat populer karena mudah pengelolaan
kelasnya.
a. Guru memberikan suatu permasalahan / pertanyaan pada kelas. Misalnya,
guru bertanya,” Apa yang dimaksud dengan pemanasan global? Mengapa isu
pemanasan global sedang ramai dibicarakan orang? Adakah tanda-tanda
terjadinya pemanasan global di kota kita ini?”
b. Setiap siswa secara individual diminta untuk merenungkan
kemungkinan jawabannya terlebih dahulu. Guru memberikan waktu yang cukup. Tahap
ini disebut tahap Berpikir / Think.
c.
Setelah siswa mencari / memikirkan jawaban atau
tanggapan sendiri-sendiri, guru kemudian meminta siswa secara berpasangan
mendiskusikan jawaban mereka. Pada kesempatan ini mereka bisa saling bertukar
pikiran dan argumentasi tentang permasalahan yang disampaikan oleh guru. Tahap ini tahap berdiskusi berpasangan
/ in pairs
d.
Setelah diskusi berpasangan dirasakan cukup, guru mengundang tiap siswa
/ pasangan siswa untuk berbagi jawaban atau komentar secara pleno kelas
terhadap permasalahan yang diajukan guru. Tahap ini disebut berbagi / share.
7. Berpikir-Berpasangan-Berempat/B3
(Think-Pair-Square)
Jenis pembelajaran kooperatif ini juga praktis pengelolaannya. Siswa
tidak perlu berpindah dari tempat duduknya.
Tahapan pembelajaran kooperatif model B3 ini sama dengan tahapan B3K di
atas kecuali pada langkah d. Untuk B3 langkah d diubah menjadi
berdiskusi atau bertukar pendapat dan argumentasi dengan empat orang. Dengan
demikian siswa berpikir/bekerja individual, kemudian berpasangan, setelah itu
berempat.
8. Anggota
Bernomer Bekerja Bersama / AB3 (Numbered-Heads together)
a. Bentuklah
kelompok-kelompok siswa yang terdiri atas empat anak.
b. Setiap
anggota kelompok mendapat nomor 1, 2, 3, dan 4.
c. Guru
(atau siswa atau kelompok) memberikan pertanyaan berdasarkan teks yang dibaca.
Misalnya: Bagaimanakah proses terjadinya efek umpan balik dalam pemanasan
global? Guru juga bisa memberikan
bentuk tugas yang lain.
d. Semua
siswa dalam kelompok masing-masing bekerja sama mencari dan membahas jawaban /
pemecahan atas pertanyaan/masalah yang diberikan. Kelompok memastikan bahwa
setiap anggota menguasai jawaban/ jalan keluar
atas masalah yang diberikan.
e. Setelah
diskusi di dalam kelompok di rasa cukup, guru memanggil siswa dengan
nomor-nomor tertentu untuk menjawab atau melaporkan. Misalnya, jika guru
memanggil nomor 4, itu berarti bahwa semua siswa bernomor 1 harus siap untuk
terpilih memaparkan jawaban atas permasalahan yang diberikan guru.
f. Guru
meneruskan proses pembelajaran dengan memanggil nomor-nomor yang lain.
9. Bertukar Pasangan
Karakteristik bertukar pasangan
pada pembelajaran kooperatif ini adalah jumlah anggota kelompoknya dua
orang.
Langkah-langkah:
a. Siswa dibagi dalam tim
(kelompok) yang saling berpasangan.
b. Setiap pasangan diberi tugas dan
mengerjakannya.
c. Setelah selesai, setiap pasangan
bertukar dengan pasangan lainnya.
d. Pasangan baru berdiskusi saling
menanyakan dan mengukuhkan jawabannya
e. Temuan baru yang didapat dari
pertukaran pasangan disampaikan kepada pasangan semula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar